Nilai Rapor "Tidak Hanya" Menjadi Syarat Formalitas, Jika...

       Setiap sekolah pasti ada jenjang tingkatannya, mulai dari TK,SD,SMP,SMA sampai Perguruan Tinggi, tapi untuk masuk ke jenjang yang lebih tinggi kadang ada tes tulis yang dibutuhkan belajar lebih giat lagi layaknya Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan ada juga yang menggunakan nilai dari jenjang sebelumnya, seperti kalo mau masuk SMA lewat jalur prestasi atau PMDK dengan menggunakan nilai rapor dan prestasi selama SMP atau kalo Perguruan Tinggi Negeri kita mengenalnya jalur seleksinnya dengan Seleksi Nilai Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)

     Dan yang namannya masuk ke jenjang yang lebih tinggi menggunakan nilai rapor itu biasannya seleksinya ketat sekali karena pasti yang mencoba banyak sekali, bahkan tahun 2017 ini pendaftar SNMPTN mencapai 500rb-an siswa dari SMA/SMK/MA se-Indonesia, dan yang diterima sekitar 100rban meski terlihat sedikit perbandingannya, tapi disitu pasti perbandingannya tidak merata,  di bidang saintek siswa yang memperebutkan kedokteran pasti lebih banyak dan ketat seleksinnya daripada siswa yang memperebutkan jurusan lain, begitu juga di bidang soshum akuntansi atau manajemen pasti lebih banyak dan ketat seleksinnya daripada siswa yang memperebutkan jurusan lain. Di samping dari segi jurusan, dari segi universitas juga pasti berbeda beda tingkat seleksinnya. Di Universitas Indonesia tingkat seleksinnya pasti lebih ketat daripada di Universitas lainnya.
     Kemudian, karena itu hanya menggunakan nilai dan prestasi jadi setelah kita memasukan data-data yang dibutuhkan untuk kelengkapan berkas secara online, selesai sudah, dan kita hanya menunggu. Setiap siswa punya cara sendiri sendiri dalam menyikapi SNMPTN ini, ada yang ambil tinggi tinggi dan hanya mengharapkan sebuah keberuntungan, kemudian sambil menunggu dia belajar buat SBMPTNnya untuk antisipasi kemungkinan tidak lolos SNMPTN. Ada juga yang ambil SNMPTNnya bisa dikatakan cari aman, nah cari aman ini juga berbeda beda setiap siswa dalam menghadapinnya, ada yang cari aman dengan mendaftar di universitas ternama tapi kemudian jurusannya ambil yang sedikit peminat, ada juga siswa yang cari amannya lewat universitasnya menengah ke atas tapi yang penting jurusannya sesuai dengan bakatnya atau keinginannya, nah orang orang yang cari aman ini biasannya dia menjadikan SNMPTN ini sebagai pilihan kedua kemudian sambil menunggu dia belajar buat masuk sekolah ikatan dinas seperti STAN, STMKG, STIS, dll  yang akan jadi prioritas utamannya dalam melanjutkan sekolah.
     Nah ketika pengumuman SNMPTN tiba, pasti langsung rame di grup chat atau bahkan di sosial media, “merah darah”, “merah merona”, “ijo royo royo” “ijo bonek”. setiap siswa pasti punya cara sendiri-sendiri dalam mengekspresikan dirinnya dan langsung banyak yang menuliskan seperti itu di chatnya untuk mengabarkan kepada temannya satu sama lain. Merah yang berati tidak lolos SNMPTN dan Hijau yang berarti lolos SNMPTN. Bagi yang merah pasti langsung bingung nyari sekolah, belajar terus, dan mendaftar dimana saja, dan nilai rapor hanya akan menjadi nilai rapor atau syarat formalitas sekolah semata, meskipun masih ada jalur prestasi dari perguruan tinggi swasta yang masih bisa mempergunakan nilai rapor, tapi sebagian besar siswa beserta orang tuannya pasti selalu memandang sebelah mata perguruan tinggi swasta, padahal menurutku PTN atau PTS itu sama saja, yang penting terakreditasinya tidak C, dan itu tergantung pribadi kita masing masing. Meskipun udah jadi mahasiswa di PTN favorit kalo dia malas malasan pasti akan kalah sukses dengan mahasiswa yang rajin di PTS.
     Di lain sisi, yang lolos SNMPTN atau dia dapat Hijau tadi. Mereka mungkin sudah agak lega atau bahkan sudah ada yang lega sepenuhnya. Nilai rapor mereka tidak sia sia, mereka sekolah selama 3 tahun di SMA rasannya benar benar terbayar dengan mendapat hijau di SNMPTN. Bagi mereka yang sudah mantap dengan PTNnya yang diterima itu, mereka akan daftar ulang dan akan menikmati liburan yang cukup panjang, kalo tahun 2017 ini mulai dari Mei-Agustus. Berbeda dengan mereka yang menjadikan SNMPTN sebagai prioritas kedua, mereka mungkin akan daftar ulang, tapi mereka akan tetap belajar mengejar prioritas utama yang biasannya itu sekolah ikatan dinas.

     Nah saran buat yang membaca tulisanku ini, buatlah prioritas dalam memilih perguruan tinggi, jangan hanya “aku harus kedokteran UGM atau aku harus akuntansi UI” jangan. Hindari yang seperti itu. Pastikan kalian mempunyai lebih dari satu pilihan, karena pada dasarnya kalo kalian seperti itu kemungkinannya kecil sekali. Dalam SNMPTN kalian akan diberi kesempatan untuk memilih 2 PTN dan 3 Prodi maksimal, nah maksimalkan slot slot tersebut, jadi jika tidak diterima di pilihan pertama kalian masih ada pilihan 2 atau 3. Dan tidak lupa bersungguh-sungguhlah dalam bersekolah dari awal menginjakkan kaki di tempat kalian belajar, entah itu SMA, SMA, Maupun MA semuannya berhak lolos SNMPTN !.


EmoticonEmoticon